Memandang tanah tinggi dari dusun kecilku
Dusun ini ingin ku tinggalkan sudah
Tapi entah mengapa bola mataku
berkaca-kaca hingga terbersit kematian
Hati berpaut sebuah kenangan
Kenangan dari semua masa hidupku
Diremang-remangnya mentari pagi itu
Cuaca tidak bersahabat
Kabut pekat menyelimuti ku
Aku berjalan tak sendirian
Aku sudah ditemani oleh mimpi kasib
yang tak mau berkesudahan dari hidupku
Di hari ke 5 itu mentari memang tak nampak
Kabut gunung seolah memaksa aku
Untuk keberatan melawan nuraniku
Udara pagi memang cukuplah dingin
Namun aku merasakan hangat
sebuah pelukan di bunga rasaku
Weklalenok, 3 Desember 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar