Sabtu, 12 Februari 2011

ELIGI ANAK JALANAN

Cerita seribu malam hampir berlalu
Anak-anak tanah sudah lelah berjalan
5 diantara 10 sementara mencari-cari ayah mereka, bahkan ibu juga
Tapi lagi-lagi mereka mengejar uang di negri seberang
Bahkan ada yang kabur entah kemana, di telan bencana?
Atau diterjang adat yang membiadap
Beberapa ayah tamu datang dari kegelapan menyodorkan belaskasihan
Anak-anak itu merana kembali di senja hari
Ke-tuhanan mereka mati terkapar di telan situasi
Separuh cita dan  cinta mereka kabur bersama lelaki yang sudah pergi
Ada di antara mereka  membentuk komplotan berdarah
Darahnya mengalir ke turunan-turunan

Atambua, Januari 2011



Minggu, 02 Januari 2011

KERUDUNG KELABU DI DUSUN KECIL

Memandang tanah tinggi dari dusun kecilku
Dusun ini ingin ku tinggalkan sudah
Tapi entah mengapa bola mataku 
berkaca-kaca hingga terbersit kematian
Hati berpaut sebuah kenangan
Kenangan dari semua masa hidupku

Diremang-remangnya mentari pagi itu
Cuaca tidak bersahabat 
Kabut pekat menyelimuti ku
Aku berjalan tak sendirian
Aku sudah ditemani oleh mimpi kasib 
yang tak mau berkesudahan dari hidupku 

Di hari ke 5 itu mentari memang tak nampak
Kabut gunung seolah memaksa aku
Untuk keberatan melawan nuraniku
Udara pagi memang cukuplah dingin
Namun aku merasakan hangat
sebuah pelukan di bunga rasaku

Weklalenok, 3 Desember 2010






Rabu, 22 Desember 2010

DOA DI BURITAN

Jelang bumi memangku malam
Kepakan sayap camar samar-samar.
Kau bergegas mengapik pukat
Kala kilauan mentari redup
Kau naiki perahu dayungmu
Kau lambaikan tangan. 
Dari gubuk nan sunyi,
Buah hatimu memandang kosong.
Dari pantai kau menuju laut lepas
Jari menggurat -mengurut jala
Tangan terentang menyebarkannya
Darinya kau harapkan karunia.
Tatkala jelang pagi jurusmu menuju pantai
Dari telaga buah hati menggapai-gapai
Tersenyum serah, mendekap hampa menunggumu.
Dijerubung itu asa terpaut sudah
Karunia dinanti cukupkan makan sehari.

Wekmutis, Desember 2010

Selasa, 21 Desember 2010

Remang Harapan


 Di kala fajar menyingsing 
Dari balik bukit nan hijau berdiri pak petani 
Wajahnya terseyum bahagia
Menuruni lembah menyusur setapak
Menikmati udara pagi 
Menapaki petak-petak sawah sambil bersiul kecil 
Mata memandangi bulir padi mengguning 
Hati berbunga-bunga, harapan meruah-ruah.

Wekmutis; Agustus 2010